GUE MAHASISWA PETERNAKAN, LALU?

Untuk adik-adikku, para penerus peradaban. Dan untuk orang-orang yang masih memandang sebelah mata, tentang kuliah di jurusan peternakan.
***
“Kuliah dimana dek” Tanya seseorang pada suatu waktu.
“Di UNIB pak”
“Fakultas apa?”
“Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan pak”
“Ngapain ambil peternakan, wong nggak kuliah aja bisa beternak dek”.
Nyesss. Rasanya seperti dislomot pake besi panas (lebay dikit boleh lah). Mungkin tidak jarang percakapan model demikian ini terjadi di kalangan mahasiswa peternakan. Yang lagi senyum-senyum mungkin pernah mengalami hal yang sama kali ya :)


Teringat sebuah pepatah Arab yang berbunyi, “Negara yang kaya ternak tidak pernah miskin, negara yang miskin ternak tidak pernah kaya”. Mari kita tilik bersama, masuk pada kategori manakah Indonesia Kita Tercinta?
Apakah Negara kita sudah kaya? Menurut saya sih, belum. Memang sih SDA kita melimpah ruah, tapi kenyataannya, hutang kita banyak to, terus pada kemana tambang emas itu tadi? Mungkin bisa kita bahas di lain kesempatan, biar nggak OOT(Out of Topic). Hoho, itu tadi masalah kaya apa belum. Sekarang kita lihat korelasinya, apakah Indonesia sudah kaya ternak? Menurut saya, belum juga. Karena seperti yang temen-temen tau, kalo ngomongin ternak sapi, Negeri Kita Tercinta ini impor bakalan dan hasil ternaknya LUARR BIASA. Misalnya, impor sapi bakalan, impor daging, impor susu, dan masih banyak lagi. Mau bukti? Menurut Yusdja dan Ilham (2007), kebutuhan konsumsi daging Indonesia sekitar 65 persen dipenuhi dari produk impor dan 25 persen di antaranya berasal dari impor sapi bakalan. Mungkin beberapa diantara temen-temen akan bertanya, kenapa impor segala? Udah stop aja impornya. Lha, nggak bisa gitu bro.
Kenapa sih, kita harus import semua itu? Tidak lain tidak bukan, kita belum mampu memenuhi kebutuhan dalam Negeri Kita Sendiri. Kalau impor distop, mungkin akan ada film baru yang judulnya 30 Hari Mencari Daging Sapi, transformasi dari 30 Hari Mencari Cinta. Peternak rakyat saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ini, karena dalam kenyataanya masih banyak peternak rakyat yang menganggap pekerjaan beternak sebagai investasi pribadi. Maksudnya adalah ternak tersebut digunakan sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat diuangkan guna memenuhi kebutuhan Si Empunya ternak. Intiya, Indonesia kekurangan ternak dan butuh orang yang mau beternak sungguhan. Ya, sungguhan. Bukan 1, 2 atau 10 sapi, tapi ribuan bahkan lebih.
Lalu, apa yang membedakan seorang sarjana peternakan dan peternak rakyat biasa?
Kuliah di Jurusan Peternakan telah mengajari saya banyak hal. Dari saya tidak mengetahui apapun, hingga saya mengerti dan tahu apa yang harus saya lakukan kedepannya. Dimulai dengan mata kuliah Pengantar Ilmu Peternakan  di semester pertama, saya tahu bahwa industri peternakan tidak hanya melulu soal kandang, tetapi juga soal produksi dan pemasaran. Disusul dengan mata kuliah Dasar reproduksi ternak di semester kedua, saya menjadi tahu bahwa seorang sarjana harus mampu memberdayakan ternak agar produktifitasnya tinggi. Kemudian pada semester berikutnya, kami berkutat dengan berbagai mata kuliah yang peternakan banget, ada tentang ilmu ternak unggas, perah dan potong, biokimia ternak, ilmu reproduksi, pengelolaan industri peternakan, pembuatan ransum, analisis usaha peternakan, pengolahan hasil ternak, penanganan limbah peternakan, dari mulai kuliah, praktikum di lab, sampai praktikum di kandang, dan masih banyak lagi.
Masih mau bilang kuliah di peternakan nggak penting? Apa makanan favoritmu? Mie Ayam, Bakso, Steak, atau Nasi Goreng Spesial? :)
***
Pustaka:
Yusdja, Y. dan N. Ilham. 2007. Suatu Gagasan Tentang Peternakan Masa Depan dan Strategi Mewujudkannya. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 25 No. 1, Juli 2007 : 19 – 28.

No comments