Saatnya Melek Gizi

Kesadaran akan pentingnya nilai gizi dari daging ayam dan telur untuk tubuh dapat mendongkrak konsumsi masyarakat

Masyarakat harus cerdas dan hidup sehat. Untuk memenuhi kondisi itu, makanan yang dikonsumsi haruslah memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan tubuh. Salah satu bahan makanan yang sehat dan bergizi tinggi adalah daging ayamdan telur. Daging ayam dan telur merupakan sumber protein hewani yang harganya relatif murah dan terjangkau masyarakat dari berbagai lapisan serta mudah diperoleh.

KetuaIndonesia Dietetic Association(IDA),Martalena Purba mengatakan, ayam dan telur mengandung zat gizi yang sangat dibutuhkan tubuh. Protein yang ada pada telur terutama mengandung asam amino esensial yang lengkap setara dengan kandungan asam amino yang ada pada daging dan susu. Zat protein yang dikandung pada telur semuanya bisa digunakan tubuh, sehingga ginjal manusia tidak perlu membuang hasil pencernaannya. Dalam ilmu gizi dikatakan nilai Net Protein Utilisation dari telur adalah 100. Selain protein, telur dan ayam juga mengandung vitamin dan mineral bahkan ‘trace element’ yang meskipun jumlahnya sedikit sangat diperlukan dan berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh.

Dengan mengkonsumsi zat gizi yang ada pada ayam dan telur bersama makanan seimbang tiap hari, maka tubuh dapat berfungsi secara optimal sehingga tumbuh kembang anak-anak, prestasi belajar anak sekolah, produktivitas kerja dan reproduksi orang dewasa, serta daya tahan tubuh dan kesehatan, serta kualitas hidup lansia dapat dicapai dengan maksimal. “Dengan demikian pada akhirnya index pembangunan manusia (Human Development Index/HDI) dari masyarakat Indonesia dapat terus meningkat. HDI merupakan salah satu indikator pembangunan suatu negara. Masyarakat dengan gizi yang baik akan mempunyai nilai HDI yang baik pula,” paparnya.

Menurut Martalena, pola makan masyarakat Indonesia masih tradisional dengan komposisi sedikit lauk terutama lauk hewani. Pangan tradisional Indonesia lebih ke arah sumber karbohidrat yaitu dari makanan pokok seperti nasi, jagung, umbi-umbian misalnya ubi, singkong, dan talas. Setelah itu, baru diikuti sayur-sayuran dan buah-buahan. Dan, kalau dilihat dalam satu piring maka porsi nasi paling besar lalu diikuti sayur dan paling sedikit adalah porsi lauk. “Bisa dikatakan pola makan tradisional Indonesia bersifat vegetarian. Pola makan seperti itu mungkin diteruskan turun-temurun sehingga berlanjut sampai sekarang,” duganya.

Pengetahuan masyarakat akan makan sehat dan seimbang pun masih rendah. Rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (World Health Organisation) menyatakan komposisi pangan sehat seimbang harus terdiri dari sumber karbohidrat yaitu makanan pokok sebesar 50-60 % dari total energisehari, sumber protein baik hewani dan nabati seperti ayam dan telur sebesar  10-15 % total energi, dan sumber lemak adalah 20-25 % energisehari. Karena pengetahuan akan pangan sehat yang kurang maka sebagian besar susunan hidangan masyarakat Indonesia terutama di pedesaan didominasi oleh sumber karbohidrat (lebih dari 70 %).


Aman Dikonsumsi
Kepala Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Ahmad Syafiq berpendapat, kandungan kolesterol telur memang cukup tinggi yaitu sekitar 213 mg yang semuanya terdapat pada kuning telurnya. Kenyataan ini membuat orang takut mengkonsumsi telur karena kandungan kolesterolnya tinggi, apalagi dianjurkan untuk membatasi asupan kolesterol tidak lebih dari 300 mg per hari. “Tetapi sebenarnya kenaikan kadar kolesterol dalam darah lebih banyak dipengaruhi oleh konsumsi asam lemak jenuh khususnya asam lemak trans dibandingkan dengan konsumsi telur,” terangnya.

Di sisi lain, mengkonsumsi telur setiap hari tetap aman bagi kadar kolesterol asalkan membatasi konsumsi sumber kolesterol lain (seperti jeroan) dan minyak/lemak jenuh. “Ada baiknya telur direbus daripada digoreng untuk mengurangi konsumsi minyak jenuh dari minyak goreng,” sarannya.

Syafiq juga memaparkan sebuah penelitian yang dilakukan di Kansas State University mengenai telur. Penelitian menunjukkan, dari konsumsi telur 4 butir seminggu tidak menyebabkan kenaikan kadar kolesterol dalam darah. Sejenis fosfolipid dalam telur yang disebut fosfatidilkolin ternyata menghambat penyerapan kolesterol dalam suatu eksperimen pada tikus percobaan. Penelitian lain yang dilakukan dalam kondisi menyerupai fisiologis manusia menemukan bahwa lesitin (juga sejenis fosfolipid) pada telur ternyata menghambat penyerapan kolesterol meskipun tidak 100%. Penghambatan penyerapan ini dapat menjelaskan kenapa konsumsi telur tidak meningkatkan kolesterol dalam darah seperti dugaan sebelumnya. “Jadi jika kadar kolesterol dalam darah normal dan tidak punya riwayat penyakit jantung dalam keluargamaka akam mengkonsumsi satu sampai dua butir telur setiap hari,” tegasnya.



No comments