Bacillus apiarius untuk Pencernaan Unggas

Bacillus apiarius untuk Pencernaan Unggas
Pemberiannya pada unggas diklaim mampu mendongkrak FCR, meningkatkan kinerja usus, menekan jumlah Salmonella dalam usus, bahkan menurunkan20%kandungan kolesterol telur dan daging yang dihasilkan
Mikroba jenis Bacillus apiarius dikembangkan I Putu Kompiang sebagai produk probiotik yang mampu mendongkrak performa produktivitas unggas, menggantikan fungsi antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan (antibiotic growth promoter/AGP).
Ahli Peneliti Utama (APU) di Balai Penelitian Ternak (Balitnak Bogor) ini dalam penelitian awal di laboratorium sebelumnya, telah mengujicobakan pemberian Bacillus apiarius melalui air minum ayam. Di penelitian awal ini ia mengkomparasikan kelompok ayam yang diberiBacillus apiarius dengan kelompok ayam yang diberi AGP sebagai imbuhan. “Hasilnya, kinerja unggas yang diberi probiotik memperlihatkan hasil positif, yakni nilai konversi pakan atau FCR dan Hatchibility (daya tetas telur) lebih baik,” ujar Putu –demikian ia biasa disapa.
Risetnya berlanjut. Setelah 2 tahun meneliti pola terbaik penyimpanan Bacillus, Putu pun berani mengujicobakan mikroba yang didapatnya itu ke lapangan. Uji lapang pemanfaatan probiotik kali ini melibatkan hampir 2.000 ekor ayam petelur (layer). Salah satu hasil pengamatannya adalah populasi Bacillus ditemukan tetap hidup di kotoran ayam-ayam tersebut. Ini menunjukkan, Bacillustersebut mampu tetap hidup walaupun terjadi perubahan suhu dan udara. “Sehingga fungsinya bisa tetap bekerja dari awal hingga akhir saluran pencernaan,” tambah Putu.
Nilai Lebih
Kemudian enzim pencernaan pun diklaim mengalami peningkatan, antara lain enzim amilase, lipase, serta protease. Bahkan protease disebutnya naik dua kali lipat. Dan sejurus dengan peningkatan enzim, pencernaan ayam memperlihatkan hasil positif. “Protein lebih banyak diserap tubuh, dan pembuangan amoniak di feses pun menurun. Manfaatnya, mengurangi bau kotoran dan lebih mudah untuk dibuat kompos,” tambah Putu.
Langkah Putu tidak berhenti disitu saja. Lebih jauh, pada 2.000 layer yang diberi probiotik tersebut ia suntikkan Salmonella. Tetapi setelah dilakukan pemeriksaan 1 – 2 pekan kemudian, Salmonella sudah tidak terdeteksi lagi. Penjelasannya, kerjaBacillus bersifat kompetitif dengan Salmonella, ia menempel di usus sehingga Salmonella tidak mendapat tempat untuk melekat. Alhasil bakteripathogen (bakteri merugikan) ini mudah dikeluarkan melalui kotoran. “Dibandingkan dengan pemberian antibiotik, Salmonella masih ditemukan setelah 2 minggu di usus ayam,” ungkap Putu. Sementara itu, imbuh dia, kandungan Lactobacillus yang merupakan bakteri menguntungkan dalam pencernaan justru meningkat.
Putu bahkan menemukan, ayam-ayam ini bisa menghasilkan produk dengan kadar kolesterol lebih rendah. “Kandungan kolesterol dari telur dan daging yang dihasilkan bisa turun 20%. Sehingga jika ada yang tertarik memproduksi telur dan daging rendah kolesterol, bisa memanfaatkan cara ini,” klaimnya. Putu menambahkan, meskipun penelitiannya baru jangka pendek mingguan hingga bulanan di lapangan, ia menjamin sejauh ini belum ditemukan efek samping pada performa ayam.
Bahkan ia menambahkan informasi hasil uji cobanya ketika probiotiktersebut ia berikan pada ayam yang menderita tumor. Menurut dia terjadi penurunan keganasan pada tumor tersebut. Demikian pula ketika diberikan pada ternak itik. “Sudah diuji coba pada bebek,flock yang tidak terkena flu burung adalah bebek yang sudah diberikan probiotik ini,” ungkapnya dengan nada puas.
Artikel selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Agustus 2013

No comments